Read Time:1 Minute, 53 Second
Kegiatan Diskusi Literasi (DIKSI) yang diselenggarakan oleh Duta Baca (DBC) Universitas Islam Negeri Raden Fatah (UIN RF) Palembang di Auditorium Perpustakaan Kampus B, Kamis (13/02/2025). Ukhuwahfoto/Marsya Dwi Rismanda


UIN RF – Ukhuwahnews |
Duta Baca (DBC) Universitas Islam Negeri Raden Fatah (UIN RF) Palembang menggelar program kerja Diskusi Literasi (DIKSI) dengan tema FRAME : Film Reflecting Art, Meaning, and Education, di Auditorium Perpustakaan Kampus B UIN RF Palembang pada, Kamis (13/02/2025).

DIKSI yang digelar oleh DBC UIN RF, membahas tuntas film “The Teachers Lounge“. Film ini menceritakan seorang guru yang salah paham terhadap salah satu tenaga kerja.

Salah satu pengunjung DIKSI, Angga Pati mengatakan bahwa film ini bermakna pentingnya peranan seorang pendidik, terutama bagi yang sedang menempuh kuliah dengan jurusan keguruan.

Baca juga: Carut-Marut Izin Kelola Tambang bagi Kampus

“Di film ini, bagaimana cara kita seorang guru itu pastinya dituntut menjadi role model bagi siswa,” katanya.

Ia juga mengungkapkan, tidak hanya guru yang menjadi contoh bagi siswa tetapi sekolah harus turut andil untuk menjaga etika para siswa selain memberi mata pelajaran wajib.

“Tempat di mana siswa bisa belajar dengan baik dari fisik maupun moral, bukan hanya mempelajari pelajaran bahasa inggris, matematika, biologi dan lain-lain,” ungkapnya.

Angga menuturkan, di film “The Teachers Lounge” anak yang terkena dampak dari masalah ini, Oscar, akan berlaku tidak sopan bahkan sampai melakukan hal tidak terpuji, jika pendidiknya pun mencontohkan hal itu terlebih dahulu.

“Itu semua karena ia (Oscar) mencontohkan perilaku gurunya, yang telah memfitnah ibunya,” ujarnya.

Selain itu, ia juga menambah bahwa masalah pada film ini ialah kejujuran dari fitnah yang telah dituduhkan serta bagaimana hal itu dibicarakan.

“Setiap permasalahan itu cuma satu kuncinya, komunikasi yang baik,” imbuhnya.

Sementara itu, menurut salah satu mahasiswa psikolog yang hadir, film ini turut memperlihatkan bagaimana sisi psikologis yang dialami oleh guru yang terlibat dengan cara meniupkan udara pada kantong, penyaluran emosi ini dikelola dengan baik.

“Cara untuk melampiaskan emosinya, salah satu bentuk dari implementasi yang dinamakan Coping Mechanism,” ucapnya.

Terakhir, ia mengucapkan scene ketika guru tersebut berteriak di kelas bersama semua muridnya, bisa menjadi salah satu alternatif untuk diterapkan tetapi dengan syarat.

“Boleh diterapkan, tetapi kita lihat dulu anak-anak itu paham atau tidak, karena anak kecil belum bisa memahami seperti mahasiswa,” pungkasnya.

 

Reporter: Marsya Dwi Rismanda
Editor: Annisaa Syafriani

Happy
Happy
100 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Generasi Z Abaikan Tidur Teratur
Next post Darurat! Pendidikan dan Kesehatan Terancam