Read Time:45 Second

Oleh: Annisaa Syafriani

Saat denting itu bernada,
Kelabunya kan bertandang.
Menyergap raga,
Mengetuk segala tenang yang tidur bak mati suri.

Kutawarkan senyum kelat,
Dalam iringan tak gemerlap.
Menyapa hari kian kelam,
Dengan do’a pelukan hangat menyergap tak jenuh.

Bak purnama tak dapat disangkal,
Kasih hilang tak terkepal,
Dirinya datang tuk menyangkal.
Meronta pada setiap jengkal sayang yang memeluk,
Angin dingin nan asing meraba ragu ragu.

Baca juga: Puisi : Bayangan Diam

Tak pantaskah aku?

Sedetik masa pun tak kau tawar,
Bahkan relungan rindu kau rasakan hambar.

Atau aku harus pergi,
Kau tampak tak pungkiri.

Gulungan karpet merah yang merona,
Dingin yang menggoda,
Kelabu yang tak lagi abu abu.

Kurasa serindunya yang kau cari,
Benarkah sang dewi?
Dalam kelam kau menanti,
Dirinya yang kau cari.

Sedang aku sendiri?
Tak lagi abai pada ragu,
Abaikan hari kian mati.

Dan hati ini,
tertancap,
belati,
Mati.

About Post Author

Putri Ayu Lestari

Mahasiswa Program Studi Jurnalistik tahun 2021 UIN Raden Fatah Palembang
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
100 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post UKMK Hockey jadi Penyelenggara Kejuaraan Provinsi
Next post Cerpen: Hati yang Tak Tergapai