Read Time:41 Second

Penulis: Winda Wulandari

Tangisan si sulung di jam-jam malam, merusak bunga tidurnya
Dunia bisu kala mendengar keluh kecilnya
Tak ada tenaga, tak ada harapan. Pasrah, sisanya
Sesak di dada, nyawa tak bersuara
Ada rasa yang kian mati, kosong isinya

Ia tumbuh sembari merayakan hari-hari sakitnya
Hatinya genting, hatinya berat, hatinya penuh duka
Pundaknya tersenyum menikmati tembakan angin luar
Tertatih tubuhnya menopang sebuah impian

Baca juga: Aku Ikhlas, Tapi Ini Sakit

Sulung enggan pergi, tapi lukanya berapi-api
Sulung enggan kacau, tapi akalnya selalu rumit
Sulung ingin abadi, tapi ia lelah hayati
Sulung ingin damai, tapi sanubarinya terus berselisih

Sulung, insan yang malang
Ia menangis di jalan pulang tanpa arah tujuan
Berteriak di bawah rintikan hujan seraya mengemis harapan
Sulung… telah gugur, ia jatuh sejatuh- jatuhnya pada asa yang terkubur

About Post Author

Putri Ayu Lestari

Mahasiswa Program Studi Jurnalistik tahun 2021 UIN Raden Fatah Palembang
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Foto: UIN RF Palembang Kurban Sembilan Sapi Dua Kambing
Next post Puisi: Tuan Berkacamata