Read Time:1 Minute, 12 Second
Ukhuwah Desain/Annisaa Syafriani

Penulis: Rani Dwi Oktafidiya (Sekretaris Umum)

Di bawah langit yang suram, aku berdiri sendiri,
mengharap bayangmu kembali, meski tahu itu takkan terjadi.

Kata-kata manis yang pernah terucap kini jadi dusta,
hati yang terluka, masih mencari arti cinta yang hilang.

Namun, segala yang ada hanya keheningan yang menyesakkan dada.

Aku mengenang setiap detik yang pernah kita bagi,
tertawa, menangis, saling berjanji setia.

Baca juga: Puisi: Notifikasi Cinta

Tapi, semua itu kini hanya serpihan kenangan yang pudar,
seperti hujan yang tak pernah berhenti, membasahi jiwa yang rapuh.

Sungguh, aku tak pernah membayangkan kau pergi secepat ini.

Saat malam datang, aku terjaga dalam kesepian,
menghitung bintang, berharap ada satu yang kembali menyinari.

Namun yang ada hanya bayang-bayangmu yang semakin memudar,
cinta yang dulu kita bina, kini hanya sebuah bayangan kosong.

Kehilangan ini terlalu dalam untuk bisa aku sembuhkan.

Aku bertanya pada diri, apakah ada salahku?
Tapi tak ada jawaban selain rasa hampa yang menghantui.

Kita berdua adalah dua jiwa yang terpisah,
menjadi sepasang kenangan yang tak bisa diputar kembali.

Apa yang kita miliki kini hanya serpihan waktu yang tak berarti.

Di antara kesedihan, aku belajar untuk melepaskan. Cinta yang dulu hadir, kini harus aku biarkan pergi.

Mungkin suatu saat, aku akan menemukan kedamaian,
Namun untuk saat ini, luka ini tetap menjadi bagian dari diriku.

Selamat tinggal, Cinta. Meskipun hati ini masih terluka, aku harus belajar melangkah.

 

Editor: Annisaa Syafriani

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
67 %
Excited
Excited
33 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Mahasiswa KKN Rayakan Nisfu Sya’ban dengan Tradisi Warga di Jakabaring
Next post Peringati 100 Abad Pramoedya, IMASTEK Bedah Film Bumi Manusia