Penulis : Rani Dwi Oktafidiya
Jika engkau membentaknya,
Akan ada ibunya yang memeluknya
Ibuku masih anak kecil dimata ibu
Ibunya masi mencintai dengan hangat itu
Lantas, tempat yang mana harus ia datangi
Kabarnya masih saja rumah ibu yang abadi
Harinya belum usai, meski begitu lemah
Penghuni rumahnya telah bertambah.
Jika ibu pulang sejenak untuk menjadi anak
Rumah hangat itu dirindukan setiap saat
Ibu, tetap mengadu pada ibu
Tak ada kata yang terindah selain ibu
Ibu mengambil presensi utama di hidup,
Istirahatnya hanya sekedar merebah
Tak cukup waktu, sebab matahari terbit
Maka dipersilahkan menaiki jembatan mimpi
Ibu merangkul banyak manusia,
Namun siapa yang menenangkan ibu?
Ibu menjeda hidupnya sendiri,
Menghidupi akar menjadi kelopak bunga paling cantik
Baca juga: Puisi Mantra Rindu
Jejak karangannya untuk menjadi si hebat
Dikubur demi mimpi manusia kecilnya.
Status manusia ditanggalkan demi nama ibu
ibu ayo menguntai benang baru.
Ibu mengubur hari bebasnya,
Membumikan impiannya
Maka, bu dikehidupan selanjutnya
Tolong hidup jadi diri ibu sendiri.
Rasakan bait-bait Bahagia mu ibu
Susunan kembali keping harapan patah ibu.
Menarilah dibawah cinta kasih saat ini
Peluk mimpi ibu yang saat ini berhenti.
Ibu Di kehidupan selanjutnya,
Barangkali aku manusia itu tak lahir,
Jangan menukar apa-apa untuk hidup ibu biarkanlah.
Terus hidup sebagai ibu saja.
Ibu tidak pernah bilang kalau ia kesepian
Ibu memeluk semua takdirnya
Ibu baik, ayah.
Kita saja yang jahat, yang jarang pulang.
About Post Author
Marshanda
More Stories
Puisi: Malam itu
[gallery columns="1" size="full" ids="1736"] Penulis: Halimudin Faiz (Anggota Magang LPM Ukhuwah) Kabut lembut menyapu wajahku, dinginnya air basuhi wajah. Takbir...
Puisi: Mantra Rindu
[gallery columns="1" size="full" ids="1698"] Penulis: Rani Dwi Oktafidiya (Pengurus LPM Ukhuwah) Kata-kata seperti mantra, aku terhipnotis begitu saja. Sebagai obat...
Puisi: Jejak Rindu Dari Pertemuan
[caption id="attachment_1372" align="alignnone" width="6000"] Pixabay/Pheladiii[/caption] Penulis: Tia Apriyani Lima detik mata saling memandang, sebelum pandangan menjadi buram tanpa senyuman yang...
Puisi : Mengadu
[caption id="attachment_1368" align="alignnone" width="2560"] Desain by Winda Wulandari[/caption] Penulis: Winda Wulandari Syukur ia mengadu.. Di masa lampau.. Tertawa ria, bersenda...
Puisi: Insan Matang
[gallery columns="1" link="file" size="full" ids="1052"] Penulis: Ahmad Hafiizh Kudrawi Semakin luas pandangan terhadap dunia, Kian beragam pula Rangkaian momen keras...
Puisi: Lukisan Abu-abu
[gallery columns="1" size="full" ids="869"] Oleh: Vitria Isabella Di atas kanvas biru langit menganga luas, Malam temaram, dingin merangkul erat. Di...
Average Rating