Read Time:2 Minute, 5 Second
Desain by Hanifah Asy Syafiah

Penulis: Imelda Melanie Agustin (Redaktur Berita LPM Ukhuwah)

Patriarki merupakan suatu sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama, posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam segala aspek kehidupan sosial, budaya dan ekonomi, dimana wanita sering tidak diuntungkan dibandingkan laki-laki. Budaya patriarki ini masih berkembang ditatanan masyarakat Indonesia karena di negara ini, hubungan antara laki-laki dan perempuan masih dipengaruhi dengan ideologi gender.

Dalam kehidupan rumah tangga, laki-laki ditempatkan secara budaya sebagai kepala rumah tangga sedangkan istri sebagai ibu rumah tangga dimana posisinya selalu berada di bawah dominasi laki-laki. Perempuan dipandang lebih utama untuk berkiprah di sektor domestik, membersihkan rumah, memasak, mencuci, dan mengasuh anak. Jika ia bekerja di sektor publik, ia harus memilih pekerjaan yang sesuai dengan kodratnya, dia tetap sebagai pembantu suami dalam memenuhi kebutuhan nafkah keluarga.

Baca juga: Akar Masalah Kekerasan Seksual Pada Perempuan

Masyarakat beranggapan bahwa yang namanya budaya harus dilestarikan turun temurun. Tetapi hal ini juga menuai banyak kontra, terlebih pada era digital saat ini lebih banyak perempuan yang memiliki karir sehingga harus mengesampingkan peran perempuan yang dituntut harus bisa memasak dan melakukan pekerjaan rumah lainnya. Padahal perempuan kan juga berhak memilih pilihan terbaik dalam hidupnya, tanpa paksaan.

Selain itu juga, Ada yang beranggapan bahwa “buat apa perempuan sekolah tinggi-tinggi, ujungnya juga di sumur, di dapur dan dikasur juga” padahal dengan memiliki pendidikan yang tinggi dan berkualitas akan membuat karir seorang perempuan semakin bagus, perempuan akan menjadi lebih mandiri, kuat, dan tangguh, walaupun tidak luput dari kodratnya.

Refleksi akan lahirnya hari Kartini pun belum mampu menjadi cahaya dalam memperjuangkan emansipasi perempuan. Hari Kartini hanya dianggap isapan formalitas semata, bukan menjadi wajah refleksi untuk memperjuangkan hak yang sama. Terbukti dengan masih bergulirnya tindakan yang menyudutkan perempuan, yakni perlakuan buruk terhadapnya.

Hal ini sudah membudaya di masyarakat yang harus dituntaskan, mengingat setiap manusia memiliki hak yang sama serta wajib menghormati atas kepribadian. Dalam Islam pun, perempuan dimuliakan. Tidak ada sekat di antara laki-laki, terkecuali jika mereka melakukan perbuatan keji. Hal ini mengindikasikan bahwa pola dan budaya masyarakat yang patut dibenahi, bukan karena perempuannya.

Budaya patriarki semacam ini, haruslah menjadi cerminan untuk terus memperjuangkan hak perempuan. Menghilangkan sebuah budaya bukan hal yang mudah, akan tetapi untuk menguranginya masih bisa menjadi harapan, mensubtitusikan budaya yang lebih baik, mencitrakan perempuan sebagai sosok yang mulia, serta memperbaiki akhlak pribadi manusia bisa menjadi langkah kecil yang nyata untuk menumpaskan paradigma patriarki bila hal ini dilakukan.

About Post Author

Marshanda

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Forsaken: Band MMKR UIN Raden Fatah yang Mengukir Prestasi di Panggung Festival
Next post Dari Sampah Jadi Sarana Pendidikan Sekolah Tahfidz