Read Time:2 Minute, 13 Second
Ukhuwah Desain/Annisaa Syafriani

Penulis: Rani Dwi Oktafidiya

Opini – Ukhuwahnews | Kasus mutilasi yang terjadi di Ngawi, yang melibatkan Rochmat Tri Hartanto (Atok) (33) sebagai pelaku dan pasangannya sebagai korban, menyita perhatian publik.

Penemuan jasad korban yang tidak utuh dalam koper merah di Desa Dadapan, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi pada Kamis (23/1/2025), mengungkapkan kisah kelam di baliknya. Potongan tubuh korban ditemukan di berbagai lokasi, dengan kaki korban ditemukan di Ponorogo dan kepala di Trenggalek.

Kekerasan dalam hubungan semakin banyak terjadi, dengan remaja perempuan sering menjadi korban kekerasan fisik, verbal, atau emosional dari pasangan mereka. Dalam banyak kasus, kekerasan ini terjadi karena kontrol yang berlebihan atau kecemburuan pasangan.

Baca juga: Insecure: Akibat dan Obatnya

Terkadang, budaya patriarki yang ada di masyarakat juga memperburuk situasi ini, di mana perempuan dianggap harus tunduk pada pasangan mereka.

Berdasarkan Catatan Tahunan (CATAHU) 2023 Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) tercatat 289.111 kasus kekerasan terhadap perempuan. Dari jumlah tersebut, 4.347 kasus dilaporkan ke Komnas Perempuan, dan 3.303 di antaranya adalah kekerasan berbasis gender.

Kasus ini berawal dari rasa cemburu dan sakit hati yang berujung pada tindakan kekerasan. Atok, yang sudah menjalin hubungan dengan korban selama tiga tahun, terjerat oleh emosi cemburu yang tak terkendali.

Kejadian ini memunculkan pertanyaan besar: Mengapa rasa cemburu bisa berkembang menjadi kekerasan hingga mengancam nyawa seseorang?

Psikolog Klinis Dewasa, Disya Arinda, memberikan penjelasan terkait fenomena ini. Menurutnya, cemburu menjadi masalah ketika berkembang menjadi bentuk kontrol yang berlebihan, kekerasan, dan bahkan bisa mengancam nyawa.

Cemburu sering kali muncul akibat rendahnya rasa percaya diri, di mana seseorang merasa takut kehilangan pasangan atau merasa tidak aman dalam hubungan.

Namun, yang menjadi masalah adalah ketika seseorang tidak mampu mengelola emosi tersebut dengan cara yang sehat. Cemburu yang berlebihan sering kali berakar dari ketakutan akan kehilangan atau ketidakmampuan untuk mempercayai pasangan.

Hal ini dapat berujung pada perilaku agresif, baik verbal maupun fisik, yang pada akhirnya bisa menyebabkan kekerasan atau bahkan pembunuhan.

Kekerasan dalam hubungan tidak hanya merugikan korban, tetapi juga merusak mentalitas pelaku yang merasa harus mengontrol segala aspek hubungan untuk mengatasi kecemasannya. Jika keinginan tersebut tidak dipenuhi, kekerasan menjadi jalan keluar untuk mengurangi kecemasan yang dirasakannya.

Disya pun mengimbau agar mereka yang mengalami kekerasan dalam hubungan, baik perempuan maupun laki-laki, untuk segera mencari pertolongan. Langkah ini sangat penting untuk menyelamatkan diri, agar tidak terjerumus lebih dalam ke dalam situasi yang berbahaya.

Kasus mutilasi ini menjadi peringatan penting bahwa rasa cemburu yang tak terkendali bisa berujung pada tindakan kekerasan yang fatal. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk belajar mengelola emosi dan menjaga hubungan dengan rasa saling percaya dan menghargai.

 

Editor: Annisaa Syafriani

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
100 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Insecure: Akibat dan Obatnya
Next post Puisi: Hujan dan Kuah yang Tak Seberapa