Read Time:1 Minute, 48 Second
Potret diskusi karya Pemutaran Video Art yang diselenggarakan Teater Potlot di Auditorium Perpustakaan Kampus B Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Rabu (17/07/2024). Ukhuwahfoto/ Mohamad Shabir Al Fikri

Palembang – Ukhuwahnews | Kelompok Seni Pertunjukan Teater Potlot tampilkan 11 video Art puisi serta diskusi karya pada acara yang bertema “Bersenandung di Perahu Kajang: Menjaga Pesan-Pesan Luhur” di Auditorium Perpustakaan kampus B Universitas Islam Negeri Raden Fatah (UIN RF) Palembang, Rabu (17/07/2024).

Teater Potlot berkaitan dengan berbagai peristiwa yang terjadi di masyarakat. Penyajian karya dari Teater Potlot ini berupa sastra tutur sebagai metode kolektif untuk menyimpan memori berbagai macam cerita yang terjadi pada lingkungan, yaitu lahan basah di Sumatera Selatan (Sumsel).

Salah satu narasumber, Dian Susilastri mengatakan di zaman sekarang sastra tutur mengalami perubahan bentuk karena tuntutan zaman, munculnya era digital yang tak bisa dipungkiri.

“Seperti menggunakan iringan musik, menampilkan simbol-simbol, serta gerakan. Sekarang gen Z dan alpha sudah banyak yang membuat puisi dengan kemasan tersendiri dalam bentuk modern,” katanya.

Dian juga menjelaskan dahulunya sastra tutur hanya untuk memberikan pesan kepada anak, namun di zaman sekarang bisa juga pesan mengenai lingkungan seperti cerita lahan basah yang mereka bawakan.

“Sekarang isinya berubah tapi cara menyampaikannya hampir sama,” ucapnya saat diskusi karya.

Baca juga: Penampilan Perdana Teater Potlot di UIN RF

Ia memberikan pesan kepada seluruh orang agar tetap melestarikan sastra tutur karena di dalamnya terdapat nilai-nilai yang baik. Serta ia juga mengatakan tidak apa-apa jika jaman sekarang bentuk sastra tuturnya berubah mengikuti perkembangan zaman, agar banyak anak muda yang tertarik.

“Tetap pesan nya yang baik tapi diubah bentuk, karena kalau masih seperti dulu maka tidak akan ada yang mendengarkan,” ujar Dian.

Di tempat yang sama, penggarap karya 11 video art, Nopri Ismi mengatakan bahwa dampak penting dari karya ini adalah multidisiplin, sastra tutur ini sudah menerapkan sense of place. Nopri juga memberi pesan untuk para anak muda agar lebih sering mencari tahu cerita-cerita yang ada di daerah

“Yang dirasakan oleh mereka lalu dituangkan ke sastra tutur. Harus banyak ngobrol sama kakek dan nenek supaya tau cerita tentang daerahnya,” katanya.

Reporter: Nabilla Kartika Wiranti
Editor: Putri Ayu Lestari

About Post Author

Hanifah Asy Syafiah

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Penampilan Perdana Teater Potlot di UIN RF
Next post Merosotnya Nilai Moral Pada Generasi X