Read Time:2 Minute, 0 Second

Palembang – Ukhuwahnews | Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitas Indonesia (YIARI) menyelenggarakan kegiatan pemutaran film owa dan diskusi bersama narasumber ahli dengan tema “Cinetalk for Wildlife Conservation” di Gedung Kesenian Palembang, pada Jumat (23/11/2024).

YIARI merupakan organisasi lokal yang bergerak di bidang penyelamatan dan konservasi satwa dengan mengadakan program konservasi di insitu dan exsitu, penyadartahuan secara kolektif, pemberdayaan masyarakat, penelitian, penyelamatan satwa dan pelepasliaran satwa. Saat ini, YIARI fokus melakukan program rehabilitasi Orangutan, Kukang, Monyet Ekor Panjang dan Beruk.

Perwakilan dari Lembaga Gibbonesia, Ismail Agung menjelaskan terkait tema yang diusung pada pemutaran film tahun ini yaitu untuk mengedukasi masyarakat luas mengenai satwa Owa dan siamang.

“Diupayakan mengedukasi supaya masyarakat khususnya anak muda agar lebih peduli terhadap isu-isu Owa dan siamang,” jelasnya.

Ismail mengatakan beberapa tahun lalu awalnya fokus utama mereka dalam upaya pelestarian bukanlah pada Owa atau siamang, melainkan pada primata lain, yaitu Kukang.

“Fokus utama kami awalnya bukan owa dan siamang, tapi di primata yang lain yaitu Kukang, pelestarian satwa Kukang ini di mulai sejak 15 tahun yang lalu, karena edukasi Kukang ini berhasil, maka diupayakan juga untuk primata yang lain yaitu Owa dan Siamang,” lanjutnya ketika di wawancarai.

Baca juga: Diskusi “Cinetalk For Wildlife Conservation”, Sadarkan Masyarakat Peduli Terhadap Ancaman Satwa Owa

Ia menyampaikan terkait edukasi untuk meningkatkan pengetahuan pemerintahan dan masyarakat masalah Owa dan Siamang, supaya tidak terjadi penjualan dan pemeliharaan liar.

“Acara ini juga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat, supaya mereka tau apa yang bisa dilakukan di level masyarakat dan di level pemerintahan supaya bisa saling berkesinambungan dan saling mempengaruhi supaya mengurangi masalah yang terjadi, minimal mengurangi penjualan dan pemeliharaan liar,” ujarnya.

Tren perdagangan satwa liar di Indonesia menunjukkan perkembangan positif, dengan angka perdagangan yang mengalami penurunan signifikan dalam tahun ini. Hal ini diungkapkan oleh Ismail Agung.

“Di tahun lalu trend angka perdagangan lumayan tinggi tapi yang menarik dalam satu tahun ini, tren penjualan berkurang ini satu indikator sosialisasi dan edukasi mengubah persepsi publik. Harapan nya di tahun-tahun selanjutnya trend penjualan dan pemeliharaan berkurang sehingga tidak ada lagi penjualan dan pemeliharaan liar,” tambahnya

Balai Konservasi Sumsel Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan menjadi salah satu satwa yang paling banyak menerima primata Owa untuk di rehabilitasi.

“Acara ini dilakukan di Palembang karena ada indikator lembaga yang bergerak di observasi Owa sebagai kolaborator gibonesia, dan juga BKSDA Sumsel termasuk paling banyak menerima serangan Owa,” tutup nya.

Reporter: Selo Obrian
Editor: Putri Ayu Lestari

About Post Author

Putri Ayu Lestari

Mahasiswa Program Studi Jurnalistik tahun 2021 UIN Raden Fatah Palembang
Happy
Happy
100 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Diskusi “Cinetalk For Wildlife Conservation”, Sadarkan Masyarakat Peduli Terhadap Ancaman Satwa Owa
Next post Foto: YIARI Gelar Acara Penayangan Film Dokumenter Owa