Read Time:2 Minute, 41 Second
Suasana saat para pemateri mendiskusikan mengenai kehidupan satwa owa yang diselenggarakan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) di Gedung Kesenian Kota Palembang, Sabtu (23/11/2024). Ukhuwahfoto/Selo Obrian
Suasana saat para pemateri mendiskusikan mengenai kehidupan satwa owa yang diselenggarakan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) di Gedung Kesenian Kota Palembang, Sabtu (23/11/2024). Ukhuwahfoto/Selo Obrian

Palembang – Ukhuwahnews | Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) gelar diskusi “Cinetalk For Wildlife Conservation” untuk sadarkan masyarakat peduli terhadap satwa owa yang terancam punah di Gedung Kesenian Kota Palembang, Sabtu (23/11/2024).

Kegiatan ini dilaksanakan setelah pemutaran film dokumenter yang berjudul “The Gibbons: Calling Of Hope, Swing For Freedom” membagikan pesan penting kepada masyarakat agar lebih sadar terhadap kehidupan satwa owa yang makin terancam punah.

Diskusi ini diisi oleh empat pemateri yaitu Dosen Program Studi Strata dua (S2) Biologi Universitas Sriwijaya (UNSRI), Manager Pusat Rehabilitasi Siamang (PRS) Punti Kayu TAF-IP, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sumatera Selatan (Sumsel) dan Senior Manager Edukasi dan Penyadartahuan YIARI.

Dosen Prodi Biologi UNSRI, Indra Yustian menjelaskan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati yang berhubungan langsung terhadap masa depan Indonesia.

“Keanekaragaman hayati harus dijaga, sebab ini adalah aset untuk mencapai modal Indonesia di generasi emas atau bonus demografi tahun 2045,” katanya saat menyampaikan materi.

Baca Juga: Potret Kondisi Perkebunan Cabai di Pagar Alam

Indra menekankan hilangnya keanekaragaman hayati berarti menghilangkan pula kebudayaan yang ada. Ia mengatakan sebuah kebudayaan dapat tercipta karena bersumber dari adanya keanekaragaman.

“Punahnya keanekaragaman hayati berarti sama dengan menghilangkan kebudayaan, karena keanekaragaman hayati adalah sumber pemikiran dari terbentuknya suatu kebudayaan,” terang Indra.

Selanjutnya, salah satu perwakilan Balai KSDA Sumsel, Julita Pitria juga menyampaikan kawasan hutan di daerah Sumsel sangat berpotensi karena mayoritasnya merupakan hutan tropis sehingga cocok untuk menjadi tempat tinggal bagi satwa owa.

“Daerah Sumsel dapat memberi ruang luas bagi habitat owa, terutama hutan di kota Lahat yang suhunya cocok sebagai rumah bagi para owa,” jabarnya.

Julia menjelaskan masih kurangnya kesadaran masyarakat serta banyaknya oknum-oknum melakukan tindakan ilegal yang dapat mengancam keberadaan satwa owa di masa mendatang.

“Sayangnya, masyarakat masih kurang peduli dalam melindungi satwa owa, terbukti masih adanya perburuan liar, pemeliharaan serta penjualan OWA secara Ilegal,” ujarnya.

Di sisi lain, Selaku Manager PRS Punti Kayu TAF-IP, Indah Winarti menjabarkan proses rehabilitasi terhadap satwa owa dengan ketentuan yang berlaku.

Sebelum tahap karantina, owa akan diperiksa kesehatannya terlebih dahulu, lalu masuk ke kandang sosialisasi untuk dikawinkan selama dua bulan. Setelah memenuhi syarat yang ditentukan owa dilepaskan ke hutan liar, namun tetap diawasi selama empat bulan agar melihat kondisi hidupnya.

“Sebenarnya paling cepat dibutuhkan waktu satu tahun, untuk owa benar-benar dilepaskan ke hutan liar, namun apabila OWA tersebut asalnya dipelihara dari lahir, maka rehabilitasi butuh waktu lebih lama,” ucap Indah.

Baca Juga: Puisi: Malam itu

Bagi Indah, banyak tantangan yang dihadapi dalam mengurusi satwa owa, salah satunya adalah timbul penyakit akibat mengubah kebiasaan hidup satwa owa tersebut.

“Tentu satwa yang dulunya liar, tiba-tiba dimasukkan kandang pasti langsung timbul penyakit, karena perubahan hidup yang berubah jauh,” tuturnya.

Salah satu upaya terus diusahakan oleh Senior Manager Edukasi dan Penyadartahuan YIARI, Ismail Agung Rusmadipraja mengajak seluruh kalangan masyarakat untuk menjaga satwa owa, melalui pendekatan yang relevan dan mudah dipahami.

“Kami melakukan pendekatan dengan mengangkat sosok kisah agar menjadi inspiratif, harapannya dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dapat menurunkan tindakan ilegal yang mengancam satwa owa,” pungkasnya.

Reporter: Ahmad Hafiizh Kudrawi
Editor: Putri Ayu Lestari

About Post Author

Putri Ayu Lestari

Mahasiswa Program Studi Jurnalistik tahun 2021 UIN Raden Fatah Palembang
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Potret Kondisi Perkebunan Cabai di Pagar Alam
Next post Edukasi Masyarakat Melalui Film, YIARI Gelar Diskusi Pelestarian Satwa Owa dan Siamang