Read Time:2 Minute, 57 Second

Artikel – Ukhuwahnews | Fenomena jemaah haji asal Indonesia yang tersesat di tanah suci kota Mekah dan Madinah sering kita dengar setiap tahunnya. Ini menjadi masalah yang sering ditemui di kalangan masyarakat Indonesia, yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti usia yang tidak muda, baru pertama kali bepergian ke luar negeri, tidak adanya pendampingan dari anak, kerabat, atau tetangga. Hal ini membuat jemaah haji panik dan bertindak berlebihan ketika tersesat.

Faktor lainnya yang membuat jemaah haji asal Indonesia sering tersesat di kota suci Mekah dan Madinah adalah banyaknya pintu di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi yang bertuliskan dalam bahasa Arab. Hal ini membuat para jemaah haji asal Indonesia kebingungan dan kesulitan menghafal nama-nama pintu tersebut. Minimnya jemaah haji asal Indonesia yang bisa berbahasa Arab juga membuat mereka sulit menghafal arah jalan pulang.

Kementerian Agama (Kemenag) memiliki tiga langkah untuk meminimalisir potensi tersesatnya jemaah haji diantaranya:
1. Setelah tiba di Mekah dan Madinah, segera kenali tempat tinggal dan tempat ibadah
2. kenali sosok petugas penyelenggara haji yang resmi. “Cari tahu warna seragamnya dan identitas resminya. Sikap teliti ini penting untuk mencegah penipuan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak dikenal,”
3. Para jemaah hendaknya pergi dan pulang untuk beribadah di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram secara berombongan. Cara ini cukup aman untuk mengatasi potensi tersesatnya jemaah.

Baca juga: Cek Fakta, Ini Alasan Diabetes di Dominasi Anak Muda

Jemaah haji asal Indonesia menggunakan Google Translate sebagai sarana berkomunikasi di Arab Saudi, namun mereka mengeluhkan bahwa Google Translate masih kurang praktis dan sedikit merepotkan ketika menanyakan jalan, tempat, hotel, dan pasar. Sementara itu, teknologi Google Translate pertama kali muncul pada tahun 2004, ditemukan oleh Sergey Brin. Teknologi ini telah berevolusi menjadi alat yang sangat membantu dalam dunia komunikasi. Namun, teknologi ini masih kurang efisien karena terkendala waktu dan kurang praktis.

Selain itu, dalam menyelesaikan masalah di atas, teknologi Google Translate bisa menjadi sangat praktis dengan bantuan perangkat ESP32. ESP32 adalah modul mikrokontroler yang populer karena kemampuannya mengintegrasikan konektivitas Wi-Fi dan Bluetooth dengan kemampuan pemrosesan yang baik. Modul ini menjadi pilihan tepat untuk berbagai aplikasi Internet of Things (IoT), termasuk penerjemah bahasa otomatis.

Langkah pertama dalam membangun talk translator adalah mengambil suara dari pengguna. Untuk melakukan ini, kita menggunakan mikrofon digital seperti INMP441, yang terhubung ke ESP32. Mikrofon ini mampu menangkap suara dengan kualitas yang baik dan mengubahnya menjadi sinyal digital yang dapat diproses lebih lanjut.

Setelah suara diambil, ESP32 melakukan pengolahan awal untuk memastikan bahwa suara yang ditangkap dapat diproses dengan benar. Ini termasuk memfilter noise yang tidak diinginkan dan memastikan bahwa sinyal suara yang diterima bersih dan jelas. Pengolahan audio ini penting untuk memastikan bahwa terjemahan suara dapat dilakukan dengan akurat.

Suara yang telah diolah dapat disimpan dalam bentuk berkas audio untuk digunakan dalam proses terjemahan berikutnya. Proses ini melibatkan penyimpanan data suara dalam memori ESP32 atau pada penyimpanan eksternal seperti kartu micro SD, tergantung pada kapasitas dan kebutuhan sistem.

Setelah berkas audio tersimpan, langkah selanjutnya adalah mengirimnya ke layanan terjemahan bahasa. ESP32 menggunakan koneksi internetnya, baik melalui Wi-Fi atau Bluetooth, untuk mengirim data suara ke platform terjemahan. Layanan terjemahan ini akan menerima input suara dalam bahasa sumber dan menghasilkan teks terjemahan dalam bahasa tujuan yang diinginkan.

Setelah menerima teks terjemahan dari layanan online, ESP32 akan mengubahnya kembali menjadi audio yang dapat didengar. Ini dilakukan dengan menggunakan teknologi sintesis suara yang tersedia di platform mikrokontroler seperti ESP32. Hasil akhirnya adalah suara yang diterjemahkan dari bahasa asal ke bahasa yang diinginkan, siap didengar oleh pengguna.

Penulis: Muhammad Furqon Ibadurrahman (Mahasiswa Politeknik Astra)
Editor: Marshanda

About Post Author

Marshanda

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
100 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Cerpen: Misteri Tas Hitam
Next post Kembali Dibuka, Beasiswa Cahaya Pintar Bagi Mahasiswa Palembang