Read Time:2 Minute, 35 Second

Artikel – Ukhuwahnews | Marak diperbincangkan di media sosial “marriage is scary”, berbagai platform ramai muncul topik terkait pernikahan itu menakutkan. Banyak yang menganggap bahwa pernikahan merupakan sebuah komitmen seumur hidup penuh tanggung jawab, ketidakpastian dan tekanan.

Fenomena marriage is scary ini banyak dibuat oleh perempuan, dimana perempuan merasakan bahwa pernikahan ajang mencari lowongan pekerjaan seumur hidup

Tren ‘marriage is scary’ yang ada di media sosial saat ini juga banyak memperlihatkan berbagai hal menakutkan yang bisa dialami saat menikah. Mulai dari kekerasan dalam rumah tangga, mertua yang terlalu ikut campur, suami yang selingkuh, hingga suami yang tidak bisa memberikan nafkah, merawat bayi besar dan kecil 24 jam, menjadi kasur nya para laki-laki.

Badan pusat statistik (BPS) melaporkan penurunan drastis terjadi pada tahun 2023, Dimana angka pernikahan menyusut hingga kurang dari 2 juta pasangan. salah satu faktor menurun nya angka pernikahan akibat tren pernikahan yang mengakibatkan sebagian orang di usia menikah takut menjalani kehidupan pernikahan.

Baca juga: Mengapa Hujan Memiliki Aroma Yang Khas?

Berdasarkan data dari BPS 2024 angka pernikahan di Indonesia semakin mengalami penurunan. Terdapat beberapa daerah mengalami fenomena yang sama. DKI Jakarta misalnya, mengalami penurunan mencapai angka 4 ribu, sementara Jawa Barat mengalami penurunan sebanyak 29 ribu. Kondisi serupa terjadi di Jawa Tengah dengan penurunan sebanyak 21 ribu dan Jawa Timur sekitar 13 ribu. Faktor lingkungan sosial juga turut berpengaruh terhadap tren ini, melihat banyak pasangan yang bercerai atau hubungan yang tidak harmonis.

Selanjutnya adalah perubahan nilai budaya yang memengaruhi pandangan banyak orang masa kini soal pernikahan. Jika dulu pernikahan dianggap sebagai tujuan hidup utama, saat ini justru yang terjadi sebaliknya. Banyak yang menganggap pernikahan hanya sebagai salah satu pilihan hidup.

Pernikahan usia anak adalah salah satu gejala sosial bagi masyarakat, mudah dipengaruhi oleh budaya yang dianut mengakar sangat kuat. Sebanyak, 33,76% pemuda di Indonesia mencatatkan usia kawin pertamanya di rentang 19-21 tahun pada 2022. Kemudian, sebanyak 27,07% pemuda di dalam negeri memiliki usia menikah pertama pada 22-24 tahun. Ada juga 19,24% pemuda yang pertama kali menikah saat berusia 16-18 tahun.

Sehingga faktor yang memengaruhi penurunan angka pernikahan di Indonesia yakni, adamya kebijakan usia minimal pernikahan dari pemerintah. Dalam Undang-Undang nomor 16 tahun 2019 , pemerintah Indonesia menetapkan usia minimal pernikahan menjadi 19 tahun bagi laki-laki maupun perempuan. Usia yang tepat untuk menikah sangat bervariasi dan tergantung pada banyak faktor, termasuk budaya, nilai pribadi, dan kesiapan emosional serta finansial. Namun, beberapa pertimbangan umum adalah:

  1. Kesiapan Emosional: Pastikan Anda merasa siap secara mental dan emosional untuk komitmen jangka panjang.
  2. Stabilitas Finansial: Memiliki dasar finansial yang cukup bisa membantu mengurangi stres dalam pernikahan.
  3. Pengalaman Hidup: Mengalami berbagai situasi hidup sebelum menikah dapat membantu Anda lebih siap menghadapi tantangan dalam rumah tangga.
  4. Pendidikan dan Karir: Banyak orang memilih untuk menyelesaikan pendidikan atau mencapai tujuan karir sebelum menikah.
  5. Usia Rata-rata: Di banyak negara, usia rata-rata untuk menikah cenderung semakin meningkat, sering kali berkisar antara 25 hingga 35 tahun.

Pada akhirnya, yang terpenting adalah menemukan waktu yang tepat untuk diri sendiri dan pasangan, bukan hanya mengikuti norma sosial.

Penulis: Rani Dwi Oktafidiya

Editor: Marshanda

About Post Author

Marshanda

Happy
Happy
100 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Kawan Community Sediakan Makanan Gratis bagi Mahasiswa UIN RF
Next post Perajin Gerabah Di Ambang Kecemasan, Dari Sepuluh Orang Tersisa Lima