Munjung, Tradisi Lama Mengeratkan Silaturahmi

google image

Penulis : Jeniedya (Pengurus LPM Ukhuwah)

Setiap daerah pastinya memiliki tradisi unik saat menyambut hari lebaran, salah satunya, tradisi Munjung. Munjung biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa saat menjelang Idul Fitri. Tradisi ini sebenarnya hampir dimiliki oleh semua daerah dan suku yang ada di Indonesia, hanya berbeda penyebutannya saja. Daerah Sunda menyebutnya dengan istilah Nganteuran.

Menurut KBBI, Munjung memiliki arti penuh atau lebih tinggi dari permukaan takaran. Namun, masyarakat Jawa lebih mengenal istilah ini sebagai tradisi mengantar makanan kepada tetangga dan keluarga yang lebih tua.

Sejarah Tradisi Munjung

Munjung yang dilakukan sebelum masuknya bulan syawal ini sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa sejak dahulu. Saat menjelang bulan syawal atau seminggu sebelum hari raya, masyarakat biasanya mulai sibuk menghantarkan makanan ke kerabatnya yang lebih tua.

Makanan yang di punjung biasanya adalah makanan ciri khas Idul Fitri seperti Opor, Sambal, Rendang, Lontong atau Ketupat, dan makanan lainnya. Tradisi ini biasanya dilakukan sehari sebelum menjelang lebaran atau sore hari menjelang berbuka diakhir Ramadhan.

Biasanya setelah makanan selesai dimasak, makanan tersebut akan dimasukkan ke dalam wadah makanan. Biasanya menggunakan Rantang Susun. Setelah makanan di masukkan ke Rantang, kemudian mulai dihantarkan ke kerabat yang lebih tua. Orang yang menerima punjungan (makanan yang dihantarkan) biasanya akan membalasnya dengan memberi makanan juga atau memberi amplop sebagai THR.

Makna Tradisi Munjung

Tradisi ini sendiri memiliki makna saling berbagi satu sama lain. Tujuannya untuk meningkatkan tali silaturahmi antar keluarga sekaligus sebagai bentuk rasa hormat kepada kerabat yang lebih tua.

Selain itu munjung juga dapat menumbuhkan keakrabaan dan keharmonisan antar tetangga dan sanak saudara. Tradisi ini juga merupakan wujud implementasi dari nilai–nilai yang diajarkan selama bulan puasa, yaitu bersedekah dan sekaligus menjadi bentuk rasa syukur karena telah menjalankan ibadah puasa sebulan penuh.

Munjung sendiri tidak hanya dilakukan di pulau Jawa saja, tetapi di luar pulau Jawa juga. Misalnya orang Jawa yang merantau di pulau Sumatera, mereka juga melakukan tradisi ini meskipun sedang tidak di pulau Jawa.

Saat ini, kegiatan ini tidak dilakukan ketika menjelang lebaran saja, ada yang melakukannya menjelang puasa, saat hajatan ataupun acara syukuran lainnya.

Perkembangan Budaya Munjung Saat ini

Seiring perkembangan zaman, Munjung yang biasanya memberi makanan jadi atau makanan yang sudah dimasak. Sekarang diganti dengan memberi bahan pokok seperti beras, telur, dan sebagainya dalam bentuk parsel. Parsel merupakan bahan atau barang yang sudah dikemas.

Namun, hal tersebut tentunya tidak merubah makna dari kata Munjung itu sendiri. Karena memang pada dasarnya Munjung memiliki makna saling berbagi.

Di zaman sekarang ini, tradisi Munjung memang sudah jarang dilakukan. Apalagi ditengah masyarakat kota. Akan tetapi, di daerah tertentu tradisi ini masih tetap dijalankan sebagai bentuk antusiasme menyambut hari lebaran.

Editor : Muhamad Firdaus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *