Read Time:2 Minute, 3 Second
Desain/Ula Tasyania

Artikel – Ukhuwahnews | Fear Of Missing Out atau yang biasa disingkat FOMO adalah fenomena psikologis yang belakangan ini menjadi umum di era digital. Salah satu fakta bahwa fenomena FOMO di Indonesia ialah banyak orang berlomba-lomba untuk mengikuti acara-acara yang sedang populer seperti konser dan festival, membeli produk-produk viral baik makanan, skincare dan lainnya.

Berikut fakta-fakta tentang Fomo yang jarang diketahui orang

1. Apa itu Fear Of Missing Out (FOMO)?
Apakah kamu tidak asing dengan istilah FOMO? Fomo adalah rasa takut tertinggal karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. Perasaan takut dan cemas ini diakibatkan seseorang tidak bisa mengikuti hal baru, seperti fashion baru, tempat baru, dan hal lainnya.

2. Pengguna Media Sosial Rentan mengalami Fear Of Missing Out (FOMO)
Pengguna Media Sosial terutama Instagram adalah 80% anak muda dan dari platform inilah banyak orang mengikuti hal-hal yang sedang populer, banyak penelitian mengatakan bahwa anak muda rentan mengalami FOMO dibandingkan orang yang lebih tua. FOMO sering kali dipicu oleh penggunaan media sosial, di mana orang melihat kehidupan orang lain yang tampaknya lebih menarik dan lebih bahagia. Hal itulah yang membuat seseorang merasa tertinggal atau kehilangan pengalaman berharga.

Baca juga: Fenomena Selisih Harga Etalase vs Kasir, Apa Penyebabnya?

3. Cara mengatasi Fear Of Missing Out (FOMO)

Menormalisasikan JOMO (Joy Of Missing Out) yakni kebalikan dari Fomo
JOMO adalah perasaan puas, tenang dan bahagia yang didapatkan dari melewati tren baru atau tren yang sedang populer. Dan lebih menikmati waktu sendiri melakukan aktivitas lebih bermakna untuk diri sendiri.

Batasi penggunaan Media Sosial
Media sosial sering menjadi pemicu utama FOMO terutama platform Instagram dan Tiktok, cobalah untuk mengurangi waktu yang dihabiskan untuk bermain sosmed, atau gunakan fitur seperti “screen time” untuk memantau dan membatasi penggunaannya setiap saat.

Mengubah Pola Pikir
FOMO sebenarnya bisa menjadi bentuk distorsi kognitif (pola pikir kurang rasional). Oleh sebab itu seseorang harus membuang pola pikir ini dan jangan dipertahankan karena bisa menyebabkan depresi bahkan kesehatan mental lainnya. Seseorang bisa menemui psikolog untuk membantu mengobati dan merubah pola pikir menjadi positif dan konstruktif.

FOMO (Fear of Missing Out) paling besar terjadi dalam beberapa aspek kehidupan terutama gaya hidup atau lifestyle ini meliputi pengalaman hidup, seperti liburan, acara sosial, pertemuan eksklusif, hingga pencapaian karier atau pendidikan.

FOMO menunjukkan betapa kuatnya pengaruh media sosial dan teknologi terhadap perilaku manusia di era digital. Dan sejatinya semua bisa berubah jika ada keinginan dari seseorang tersebut.

Penulis: Umi Puspita
Editor: Hanifah Asy Syafiah

About Post Author

Hanifah Asy Syafiah

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Fenomena Selisih Harga Etalase vs Kasir, Apa Penyebabnya?
Next post Yudisium FITK UIN RF Ke-90, Lulusan Diharapkan Melek Teknologi