Read Time:1 Minute, 50 Second
Ukhuwahfoto/Rhessya Maris

Artikel – Ukhuwahnews | Depresi adalah kondisi mental yang sering kali disalahpahami. Banyak stereotipe yang mengatakan bahwa depresi merupakan tanda lemahnya iman atau kurangnya keteguhan spiritual seseorang. Namun, pandangan ini sangat simplistis dan tidak mencerminkan realita lebih dalam tentang kesehatan mental.

Seseorang yang mengalami depresi berjuang dengan perasaan putus asa dan kesedihan. Mengaitkan antara depresi dan lemahnya iman dapat membuat individu merasa terasing, seolah-olah mereka tidak cukup “baik” dalam keyakinan mereka.

Depresi dapat dipicu oleh berbagai faktor, termasuk genetik, lingkungan dan pengalaman hidup. Dari faktor-faktor yang ada, secara sains sebagian penyebab depresi berada di luar kendali manusia.

Beberapa di antara faktor pemicu depresi disebabkan oleh gangguan biologis. Bagaimana bisa penyakit yang dipicu secara biologis dapat dijadikan tanda lemahnya keimanan seseorang?

Baca juga: Emosional Ibu dan Anak: Kasus Nikita Mirzani dan Lolly Ungkap Penyebab Konflik Remaja Perempuan!

Stigma negatif juga membuat seseorang enggan mencari bantuan. Banyak orang yang mengalami depresi merasa bahwa mereka harus menghadapi masalah ini sendirian, hal ini dapat memperburuk kondisi mereka.

Tak sedikit juga dari masyarakat beranggapan bahwa depresi sebagai tanda lemahnya keimanan seseorang. Dibanding menyarankan seseorang yang mengalami depresi untuk pergi ke psikiater kebanyakan dari mereka justru lebih menekankan untuk memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada tuhan.

Dilansir dari antaranews.com. Seorang dokter spesialis kedokteran jiwa (psikiater) dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ mengatakan bahwa gangguan jiwa bukan tanda seseorang lemah iman dan kurang bersyukur, pada dasarnya gangguan jiwa merupakan sebuah penyakit yang harus diobati.

Ia juga beranggapan bahwa siapapun bisa mengalami depresi termasuk tenaga medis, dokter, dan pemuka agama. Dalam arti lain, depresi merupakan penyakit layaknya penyakit fisik. Bukan tanda lemahnya keimanan seseorang atau kufur akan nikmat tuhan.

Penting untuk kita memahami bahwa mencari bantuan profesional ketika mengalami depresi bukan tanda lemahnya keimanan seseorang. Melainkan langkah berani dan bijaksana. Selain membutuhkan dukungan spiritual, mereka juga memerlukan bantuan para ahli untuk menyembuhkan masalah mental.

Pada intinya, stigma negatif ini harus segera diluruskan, bagaimana cara pandang kita tentang kesehatan mental dalam konteks spiritual. Alih-alih menganggap depresi sebagai tanda lemahnya iman, kita seharusnya melihat ini sebagai tantangan yang dihadapi dengan dukungan tanpa menghakimi keimanan seseorang.

 

Penulis: Rhessya Maris

Editor: Annisaa Syafriani

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
100 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Puisi: Secangkir Kopi Hitam
Next post Insecure: Akibat dan Obatnya